FIK UI Menyelenggarakan Ujian OSCE Perdana
by Aisyah Syarofina
Hey hey pembaca setia anakUI.com! Gimana kabarnya? Semoga baik-baik selalu yaa. Kali ini penulis akan menceritakan tentang ujian OSCE yang pertama kali diselenggarakan sepanjang sejarah FIK UI!
Sebelumnya, syarat kelulusan untuk Mahasiswa Profesi FIK yaitu lulus tahap praktik klinis di berbagai wahana praktik, bikin KIAN sama UKOM (alias Uji Kompetensi). Namun, mulai angkatan 2021 ada yang namanya ujian OSCE. Apa sih OSCE itu? Kenapa harus ada OSCE? OSCE itu ngapain aja? Nah, untuk tahu lebih lanjut, baca artikel ini sampai habis yaa!
OSCE (Objective Structured Clinical Examination) merupakan ujian yang dilakukan untuk mengevaluasi kemampuan mahasiswa dalam memecahkan kasus dan menentukan intervensi yang tepat sesuai dengan standar prosedur yang telah dipelajari. Mahasiswa diberikan skenario kasus klinik yang biasa ditemukan di Rumah Sakit atau Klinik, kemudian ada beberapa pertanyaan yang harus dipecahkan oleh mahasiswa terkait kasus tersebut.
Pertanyaan tersebut juga dapat berupa instruksi untuk melakukan prosedur tertentu contohnya pemasangan NGT, pemasangan infus, pengambilan darah dan sebagainya. Tentunya, mahasiswa perlu menyesuaikan prosedur klinis tersebut dengan kondisi pasien dengan memperhatikan nilai-nilai profesionalisme.
Sumber: dokumentasi penulis
Ujian OSCE perdana telah dilaksanakan tanggal 28-29 Juni 2021 kepada 130 Mahasiswa Profesi angkatan 2021. Ujian OSCE dibagi menjadi dua sesi yaitu sesi pagi dan sesi siang selama dua hari. Setiap sesi terdiri dari 33 mahasiswa yang dibagi lagi menjadi 3 kelompok (jadi satu kelompok 11 orang). Pelakasanaan ujian OSCE ini telah dilakukan sesuai dengan protokol kesehatan Covid 19.
Sebelum memasuki ruang ujian, peserta dikarantina terlebih dahulu dan untuk sesi pagi setelah melakukan ujian, mahasiswa dikarantina kembali. Pada ujian OSCE, terdapat 11 station/ruang ujian yang diatur semirip mungkin dengan setting klinis (anggep aja kayak ruang rawat di klinik atau RS). Setiap mahasiswa mendapatkan kesempatan yang sama untuk mencoba seluruh station ujian dengan sistem rolling.
Sumber: dokumentasi penulis
Ujian OSCE ini juga disetting agar mahasiswa dapat menyelesaikan kasus dan membuat keputusan klinis dengan cepat dan tepat. Mahasiswa hanya diberikan waktu 15 menit pada setiap station ujian, 1 menit diberikan untuk waktu perpindahan antar station, 1 menit untuk membaca soal di depan ruangan dan 13 menit sisanya untuk menyelesaikan kasus.
Kategori kompetensi yang diujikan meliputi komunikasi, edukasi, konseling, pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan perilaku profesional. Setiap station ujian memiliki kasus yang berbeda sehingga kompetensi klinik yang dinilai berbeda juga, namun untuk komponen nilai-nilai profesionalisme akan dinilai pada setiap station. Berikut ini gambaran denah peta ujian yang telah diselenggarakan kemarin:
Sumber: dokumentasi penulis
Kebetulan penulis menjadi kloter pertama yang merasakan ujian modelan begini, rasanya seperti ditumbalkan ya bund wkkw (ga dengan canda). Sebelum ujian, perasaannya ansietas banget soalnya takut ada yang terlewat dan bingung aja karena belum ada bayangan nanti ujiannya kayak gimana, kasusnya sesusah apa dan bakal ditanya-tanya kayak ujian pas di lab ga ya? Soalnya, angkatan penulis tuh ga pernah ujian model OSCE gini pas masa akademik.
Selama akademik, sistem ujiannya tuh maju satu-satu (biasanya berdua sih) terus sesuai dengan modul prosedur yang dipelajari pada minggu tersebut, tanpa ada kasus pemicu klinis nya. Pernah sih satu dua kali pakai kasus tapi cuman untuk gambaran kondisi pasien aja, beda sama kasus OSCE dan ga ada batas waktu pengerjaan prosedurnya juga.
Walaupun sebelum ujian udah diberikan kesempatan untuk latihan di lab selama seminggu, tetep aja masih ansietas sebelum ujian, mana kloter pertama banget lagi ujiannya. Seperti biasa kalo yang urutan pertama udah selesai ujian, banyak yang minta spill-spill ujian, tiba-tiba jadi banyak yang chat nanyain OSCE .
Perasaannya setelah ujian ga bisa diungkapkan dengan kata-kata sih, antara mau seneng karena udah lewat ujiannya tapi juga galau karena merasa banyak kurangnya. Jadilah sepanjang hari kepikiran mulu tentang OSCE, takut harus remedial karena setelah kepikiran, jadi sadar performa yang diberikan kurang banget pas ujian.
Tapi, setelah denger-denger yang lain juga merasakan hal tersebut jadi penulis agak tenang, seenggaknya bukan aku doang yang merasa kurang. Kalau dipikir-pikir, seru juga jadi kelompok pertama yang ikut ujian OSCE, seru paniknya, seru kalo nginget kebodohan-kebodohan pas ujian, kadang planga-plongo pas ditanya penguji , “seru” dah pengalamannya! tapi cukup sekali seumur idup deh 🙂 liat aja ini penampakan kita-kita yang abis ujian OSCE, hehe.
Sumber: dokumentasi penulis
Yah, begitulah pengalaman penulis selama melaksanakan ujian OSCE perdana di FIK, banyak ansietasnya sampai mesti intervensi diri sendiri (pake teknik relaksasi tarik napas dalam). Percaya ga percaya, penulis sampe sakit tau sebelum OSCE karena banyak kepikiran, untungnya udah sembuh pas ujian berlangsung. Ada aja drama nya selama ujian, kadang sebenernya tau jawabannya tapi karena dibawah tekanan apalagi waktunya sempit jadinya blank dan panik-panik ajaib.
Oh ya, fun fact kalo baru FIK UI yang melaksanakan ujian model begini sebagai persyaratan lulus calon Ners nya loh. Kalo kata dosen sih mereka berharap OSCE ini bisa dilakukan dalam skala nasional layaknya UKOM. Tujuannya ya biar para lulusan Ners semakin teruji kompetensinya jadi secara ga langsung dapat meningkatkan kualitas para lulusan. Baik sih tujuannya, tapi jadi bikin stres mahasiswa ya bund wkwkwk.